Malam ini seperti malam biasa di hari Senin hingga Jumat, dengan keadaan muka sedikit berminyak dan parfum yang sudah bercampur dengan keringat yang kering karena AC di dalam TransJakarta Busway yang lumayan kencang.
Malam itu, diawal bulan Maret gue pulang sedikit agak sedih. Karena baru aja gue kehilangan sosok sahabat di tempat kerja. Bukan meninggal dunia juga sih, namun dia memilih untuk pergi ke kantor barunya. Iya, ninggalin gue sahabatnya dari jaman kuliah yang kebetulan bisa satu kantor bekerja.
Oh iya, kenalin nama gue Reza, gue seorang lulusan dari salah satu kampus yang kata orang sih cukup diminati di Indonesia. Tapi... gue nggak begitu peduli. Haha... toh, kalau sudah bekerja gini, gue ngerasa semuanya sama aja deh.
Ohya, lanjut cerita di kantor lagi. Kira-kira, gue udah satu tahun kerja di kantor ini, bareng sama teman kuliah gue Sena, iya dia cewek, tapi udah nggak ada batasan antara gue dan Sena selama berteman dari jaman kuliah.
Awal gue masuk kantor bareng Sena di sini sekitar tahun 2017, dan sekarang 2019, Sena pun milih buat ngejar mimpinya di kantor yang baru terima dia sebagai karyawannya. Sedih sih, setelah kuliah sampai kerja bareng, sekarang satu-satunya sahabat akrab, udah pergi.
Sena itu gimana ya, gue ngerasa udah terlalu banyak kegiatan habisin bareng dia, bahkan kalau dibilang pacaran, gue sama dia udah lebih dari itu rasanya. Haha.. jangan ngeres ya pikirannya! Tapi... memang sejauh itu sih persahabatan gue dengan Sena. Kalau diceritain balik, mungkin bakalan 4 series nih #siTORAtelling -nya. Hihihi...
Jadi, pertama kenal Sena itu gue di semester 1 kuliah kala itu. Lo bayangin, gue yang begitu cupu dan kuper datang ke kota buat kuliah rasanya nggak percaya diri buat bergaul. Tapi, entah kenapa hari pertama kelas waktu itu gue langsung bisa ketemu dengan Sena, cewek yang modis semi tomboy tapi nggak kalah cantik sama Marshanda pas lagi lucu-lucunya dulu. Kebayangkan? Pakai jeans, dan baju yang cukup simple menurut gue untuk seorang cewek pergi ke kampus di hari pertama. Tentu ini yang bikin gue cukup percaya diri kenalan sama Sena pas itu, nggak kepikiran dia bakal sombong, atau sok cantik. Gue dengan pede menyapa Sena yang memang duduk sendiri di barisan ketiga sambil memainkan pulpen hitam merek standar yang hits kala itu.
Tonton Juga
Gue datang dan duduk disebelahnya dengan percaya diri menyapa, iya berusaha mikir keras apa saja yang harus gue obrolkan dengan cewek tomboy anak kuliahan. Sedikit menelan ludah, gue beranikan diri buat say hi dan membuka obrolan. Dengan kebiasaan tangan bergetar setiap gue gugup, gue coba ajak bersalaman, tapi... dia diam dan cuekin gue. Gue colek dengan sedikit ragu pundaknya, dan... dia ternyata latah! Dia teriak “eh iya.. iya iya iya...” seketika gue menahan tawa, ternyata kesan cewek tomboy garang Sena nggak sesuai yang gue pikirkan. Gue pun minta maaf karena nggak enak hati.
Baca Juga: Kuliah Sambil Kerja
Kesan pertama gue ke Sena diawal aja udah lawak banget kan? Kebayang keseharian gue seterusnya kayak gimana sama dia? Haha...
Sena termasuk cewek tomboy yang lumayan cantik menurut gue, tapi akan failed rasanya pas tau kelakuan dia yang tomboy, latah dan satu lagi... lawak! Iya, dia yang nemani hari-hari gue merantau di Jakarta sambil kuliah ini. Senyum Sena manis bak Marshanda, kulitnya nggak terlalu putih, cuma lesung pipit dia di pipi kanan yang lumayan bikin dia manis kalau lagi diam, iya lagi diam. Kalau lagi bertingkah? MasyaAllah aja deh! Haha...
Gue sama Sena memang lebih senang berduaan, bukan karena sombong, tapi kita yang kurang begitu pede buat bergaul sama teman yang lain. Kita akrab sih sama teman kelas lain, cuma kalau dibilang dekat, nggak begitu sih.
Duh, gue nulis cerita ini sambil berdiri di bawah AC Transjakarta, perih! Sampai nggak terasa mata agak sembab. Haha... mulai berasa nih kehilangan Sena dikesehariam gue. Okay kita lanjut cerita lagi.
Nah, gue ada di semester 3 yang diisi dengan matakuliah jam sore, selesai kelas bisa berhenti gegara adzan maghrib, mungkin kalau nggak ada adzan sih, dosen kita bakalan lanjut sampai ketemu isya haha...
Kalau nggak salah waktu itu hari Rabu, jam 18.17 wib, di mana di gedung gue kuliah tinggal kelas kita aja. Sisanya memamg selalu berhenti kelas sebelum gelap. Entah karena dosen kita yang terlalu bertanggung jawab, atau memang dia gemar belajar. Haha...
Bunyi geledek pun mulai bikin panik teman-teman lain, tapi nggak buat gue dan Sena, yang selalu bawa payung di tas. Tepatnya gue sih yang selalu bawa payung. Kadang diledekin, cowok kok bawa payung? Tapi, manfaatnya ya pas kita terjebak hujan seperti ini lah jadi nggak sepanik yang lain.
Baca Juga: Awal Menentukan Kuliah
Gue dengan nada lantang dan bangga karena bisa balik duluan bareng Sena nerobos hujan. Entah karena gue yang terlalu segan, atau emang Sena yang udah anggap gue lebih dari teman cowok biasa. Gue dekap Sena pake tangan kiri supaya lebih dekat sama gue yang berbagi payung sama Sena. Tangan kanan gue pegang payung merah, bertuliskan Telkom Indihome, hadiah dari event yang gue lupa tepatnya event apa.
Sudah 3 menit berlalu, lumayan terasa lama peluk Sena supaya nggak kehujanan. Lama-lama gue mulai risih karena hening, nggak ada obrolan, dan gue pun nggak berani liat muka Sena... Gue mulai mikir, apa Sena keberatan gue perlakukan kayak begini? Semakin hening, cuma suara genangan air yang kita injak dengan terburu-buru menuju kost kita berdua yang kebetulan searah. Tumben banget, perjalanan balik ke kost terasa lama. Apa karena momen canggung ini? Nggak biasanya Sena diam kalem, biasanya ada aja ocehannya. Kira-kira 3 menit lagi sampai kostan, masih hening dan kita terus jalan setengah berlari, tangan kiri gue sedikit basah karena nggak kena payung. Tiba-tiba....
Bersambung. . .
Ada yang bisa tebak nggak cerita selanjutnya apa yang terjadi???
Ada yang bisa tebak nggak cerita selanjutnya apa yang terjadi???